Ketika
Jurnalis Diajak Latihan Menembak
Tarik
Pelatuk Pelan-Pelan, Puas Tembak Target
“Sikap
tiarap. . . pasang magasin. . . pastikan senjata terisi dan terkunci,” begitu
kira-kira teriakan salah seorang anggota Batalyon Armed 18/105 Tarik Buritkang,
yang ditugaskan menjadi instruktur bagi para peserta pelatihan menembak,
sebelum melepaskan peluru pada target sasaran.
MARTA,
Teluk Bayur
Terik
matahari yang menyengat kulit sama sekali tidak menyurutkan semangat para
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Markas Batalyon Armed 18/105 Tarik Buritkang
di Kecamatan Teluk Bayur, untuk berjalan kaki menyusuri tanah kuning menuju
lapangan tembak.
Beberapa
matras dan senjata api laras panjang jenis Fabrique Nationale Carbine (FNC) 5,56
yang diletakkan para pria berseragam loreng dan bertubuh kekar, siap digunakan
untuk menembak target sasaran atau yang disebut lesan yang berada 100 meter di
depan mereka.
Tidak
bisa sembarangan memegang senjata tersebut, ada teknik khusus yang harus dilakukan
demi faktor keselamatan. “Jarang-jarang bisa memegang senjata api seperti ini,
apalagi sampai diperbolehkan menembakkannya, diajari tekniknya pula,” kata
salah seorang jurnalis sambil mengangkat senjata api milik TNI AD tersebut.
Kali
ini, dalam rangkaian Hari Jadi ke-69 TNI, tamu undangan seperti perwakilan dari
PDAM Tirta Segah dan para jurnalis dari beberapa media cetak dan televisi, tak
mau melewatkan kesempatan berlatih menembak bersama pria-pria tangguh pembela
negara tersebut.
Satu
demi satu peserta yang ingin mencoba menggunakan senjata api berbobot sekitar
3,5 kilogram buatan Amerika dan Belgia tersebut, mulai bertiarap di atas matras
yang telah disediakan. Lalu kemudian memposisikan diri senyaman mungkin sambil
mengikuti aba-aba dari instruktur.
“Arahkan
senjata tepat pada lesan yang ada di depan, jangan sampai senjata terlepas dari
pegangan karena ini sudah ada amunisinya. Pelan-pelan tarik pelatuknya,” tegas
instruktur latihan tembak, kemarin siang (4/12).
Dibutuhkan
konsentrasi yang cukup tinggi untuk membuat peluru tepat pada sasaran. Popor
senjata api harus diletakkan secara tepat pada bagian bahu. “Dor..., dor...,
dor...!!!” suara tembakan dari senjata api terdengar sangat nyaring, selongsong
peluru pun terlempar ke mana-mana.
Raut
wajah bangga dan percaya diri dari para penembak dadakan yang berada di tengah
lapangan tembak tersebut, terlihat mengibaskan senyum puas. Tak hanya sekali,
penembak dadakan yang masih menyimpan rasa penasaran diberi kesempatan untuk
mencoba menembak beberapa kali lagi.
Ya,
itulah anggota TNI. Sosoknya yang terkadang ditakuti namun tampak begitu ramah
ketika berada di tengah para tamu undangan dan wartawan. Demi menjalin tali
silaturahmi serta membuat keberadaan TNI di tengah-tengah masyarakat menjadi
sesuatu yang berguna dan tidak lagi menakutkan, seperti anggapan kebanyakan
orang sebelumnya. Salah seorang anggota TNI, Wahyu Hidayat, mengatakan bahwa
beberapa kegiatan sosial telah mereka laksanakan saat peringatan Hari Jadi TNI.
“Sebelumnya,
kami sudah melakukan berbagai macam kegiatan, seperti karya bhakti di beberapa
kampung, ziarah ke makam pahlawan, donor darah, dan memberikan bantuan kepada
orang-orang yang berhak, dan latihan tembak ini juga salah satunya,” ungkapnya
di sela-sela kegiatan latihan menembak.
“Berasal
dari masyarakat, untuk kepentingan masyarakat dan melindungi masyarakat. Nah,
bagaimana caranya kita bisa kembali ke masyarakat, mungkin dengan cara-cara
mendekatkan diri seperti ini,” kata pria yang akrab disapa Wahyu itu.
Dengan
harapan agar kesatuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap berjaya dan
berguna bagi kemajuan bangsa, kegiatan yang lebih mendekatkan diri kepada masyarakat
akan digelar secara rutin setiap tahun oleh TNI.
“Ke
depan, kita akan tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini, dan semoga
apa yang telah kami lakukan bisa bermanfaat bagi seluruh masyarakat,” tuturnya.
(*/mrt//fir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar