Minggu, 07 Desember 2014

Ketika Jurnalis Diajak Latihan Menembak



Ketika Jurnalis Diajak Latihan Menembak

Tarik Pelatuk Pelan-Pelan, Puas Tembak Target

“Sikap tiarap. . . pasang magasin. . . pastikan senjata terisi dan terkunci,” begitu kira-kira teriakan salah seorang anggota Batalyon Armed 18/105 Tarik Buritkang, yang ditugaskan menjadi instruktur bagi para peserta pelatihan menembak, sebelum melepaskan peluru pada target sasaran.

MARTA, Teluk Bayur

Terik matahari yang menyengat kulit sama sekali tidak menyurutkan semangat para anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Markas Batalyon Armed 18/105 Tarik Buritkang di Kecamatan Teluk Bayur, untuk berjalan kaki menyusuri tanah kuning menuju lapangan tembak.
Beberapa matras dan senjata api laras panjang jenis Fabrique Nationale Carbine (FNC) 5,56 yang diletakkan para pria berseragam loreng dan bertubuh kekar, siap digunakan untuk menembak target sasaran atau yang disebut lesan yang berada 100 meter di depan mereka.
Tidak bisa sembarangan memegang senjata tersebut, ada teknik khusus yang harus dilakukan demi faktor keselamatan. “Jarang-jarang bisa memegang senjata api seperti ini, apalagi sampai diperbolehkan menembakkannya, diajari tekniknya pula,” kata salah seorang jurnalis sambil mengangkat senjata api milik TNI AD tersebut.
Kali ini, dalam rangkaian Hari Jadi ke-69 TNI, tamu undangan seperti perwakilan dari PDAM Tirta Segah dan para jurnalis dari beberapa media cetak dan televisi, tak mau melewatkan kesempatan berlatih menembak bersama pria-pria tangguh pembela negara tersebut.
Satu demi satu peserta yang ingin mencoba menggunakan senjata api berbobot sekitar 3,5 kilogram buatan Amerika dan Belgia tersebut, mulai bertiarap di atas matras yang telah disediakan. Lalu kemudian memposisikan diri senyaman mungkin sambil mengikuti aba-aba dari instruktur.
“Arahkan senjata tepat pada lesan yang ada di depan, jangan sampai senjata terlepas dari pegangan karena ini sudah ada amunisinya. Pelan-pelan tarik pelatuknya,” tegas instruktur latihan tembak, kemarin siang (4/12).
Dibutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi untuk membuat peluru tepat pada sasaran. Popor senjata api harus diletakkan secara tepat pada bagian bahu. “Dor..., dor..., dor...!!!” suara tembakan dari senjata api terdengar sangat nyaring, selongsong peluru pun terlempar ke mana-mana.
Raut wajah bangga dan percaya diri dari para penembak dadakan yang berada di tengah lapangan tembak tersebut, terlihat mengibaskan senyum puas. Tak hanya sekali, penembak dadakan yang masih menyimpan rasa penasaran diberi kesempatan untuk mencoba menembak beberapa kali lagi.
Ya, itulah anggota TNI. Sosoknya yang terkadang ditakuti namun tampak begitu ramah ketika berada di tengah para tamu undangan dan wartawan. Demi menjalin tali silaturahmi serta membuat keberadaan TNI di tengah-tengah masyarakat menjadi sesuatu yang berguna dan tidak lagi menakutkan, seperti anggapan kebanyakan orang sebelumnya. Salah seorang anggota TNI, Wahyu Hidayat, mengatakan bahwa beberapa kegiatan sosial telah mereka laksanakan saat peringatan Hari Jadi TNI.
“Sebelumnya, kami sudah melakukan berbagai macam kegiatan, seperti karya bhakti di beberapa kampung, ziarah ke makam pahlawan, donor darah, dan memberikan bantuan kepada orang-orang yang berhak, dan latihan tembak ini juga salah satunya,” ungkapnya di sela-sela kegiatan latihan menembak.
“Berasal dari masyarakat, untuk kepentingan masyarakat dan melindungi masyarakat. Nah, bagaimana caranya kita bisa kembali ke masyarakat, mungkin dengan cara-cara mendekatkan diri seperti ini,” kata pria yang akrab disapa Wahyu itu.
Dengan harapan agar kesatuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap berjaya dan berguna bagi kemajuan bangsa, kegiatan yang lebih mendekatkan diri kepada masyarakat akan digelar secara rutin setiap tahun oleh TNI.
“Ke depan, kita akan tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini, dan semoga apa yang telah kami lakukan bisa bermanfaat bagi seluruh masyarakat,” tuturnya. (*/mrt//fir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar