Selasa, 02 Desember 2014

Menengok Teater 'AKBS' SMAN 1 BERAU



Menengok Teater 'AKBS' SMAN 1 Berau

“Seni itu sesuatu yang Mahal. Sepertinya saya memang terlahir untuk mencintai seni dan menjadi seorang pekerja seni, sebab seni adalah salah satu yang membuat kehidupan saya lebih indah, lebih berwarna juga  bermakna,” ucap Pembina Teater AKBS SMAN 1 Berau Karyani Tri Tialani.
Karyani saat foto bersama dengan kelompok teater AKBS SMAN 1 Berau

MARTA, Tanjung Redeb

DIALOG secara bergantian dari mulut anak-anak didik teater perempuan yang lebih akrab disapa Karyani ini. Ditambah alunan musik pengiring dari gitar dan piano sayup terdengar saat mendekati pekarangan rumahnya, serta tarian gemulai dari beberapa anak Teater Adji Kanik Berau Sanipah (AKBS) Berau pun turut meramaikan seisi rumah wanita berhijab itu.
Saat memasuki rumah wanita kelahiran kota Kembang --sebutan Kota Bandung--  22 Juni 1977, nampak di sisi kanan ruang tamu beberapa tudung khas dayak yang tergantung rapi pada dinding kayu, berdiri juga beberapa patung kecil dan benda berbau seni lainnya.  
Ketika memalingkan mata ke arah kiri, beberapa penghargaan yang pernah ia raih selama menjadi pekerja seni juga terbingkai rapi. Membuat mata yang memandang berdecak kagum membaca isi penghargaan tersebut.
Menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan seni, mengantarkan perempuan berkacamata tersebut menempuh pendidikan yang ia anggap dapat membawanya ke dunia seni. Lulus dari bangku SMAN 1 Pangalengan Bandung, ia teruskan di bangku kuliah dengan mengambil jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Nusantara (UIN), Bandung.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, kemudian ia mulai mengambil pekerjaan sebagai seniman. Pada awalnya, menjadi seorang penari, lalu merambah sebagai penulis puisi hingga terjun ke dunia Teater.
“Sambil kuliah saya sambil menjadi pekerja seni, awalnya saya jadi penari, karena jiwa seni yang saya miliki sangat tinggi, saya kemudian mulai menulis puisi, naskah drama dan teater serta beberapa buku dan menjadi pembina teater,” ujar perempuan yang kerap menjadi juri pada perlombaan seni ini.
Pada tahun 2006, sempat menjadi guru kesenian di SMA 14 Bandung, namun ia terpaksa meninggalkannya karena harus mendampingi sang suami yang pindah tugas kerja ke Kabupaten Berau.
“Tahun 2006 saya masih sempat mengajar kesenian di salah satu SMA di Bandung, lalu ikut suami pindah ke Berau. Alhamdulillah, saya menjadi guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Berau,” ungkap ibu beranak 2 tersebut.
Selain menjadi guru Bahasa Indonesia ia juga ditugaskan untuk menjadi pembimbing ekstrakurikuler Teater di sekolah tersebut. Ia mengaku awalnya cukup sulit mengajak murid-muridnya untuk tertarik pada seni teater. Karena di mata sebagian orang, teater adalah hal yang sulit. Namun berbekal dengan pengalaman dan dokumentasi pementasan teater hasil bimbingannya di Kota Bandung, sedikit demi sedikit ia mampu menarik perhatian muridnya.
“Dari pertama saya di Berau, saya bisa melihat bahwa anak-anak di sini cukup memiliki potensi seni yang luar biasa, tinggal bagaimana cara mereka mengeluarkan bakat tersebut. Mungkin awalnya mereka menganggap teater itu hal yang sulit bahkan tidak menarik, tapi saya coba untuk perkenalkan kepada mereka lewat video pentas anak teater bimbingan saya dulu. Ini loh teater, teater itu seni yang asyik dan menarik. Hasilnya, mulai banyak yang ingin mempelajari teater,” katanya sembari tersenyum.
Namun menjadi pemain teater tidak hanya sekadar menghafal naskah dan hadir di pentas, tapi membutuhkan jiwa disiplin yang kuat.
“Posisi mereka di sini harus bisa menjadi orang yang bijak terhadap waktu, antara belajar akademik dan non akademik harus benar-benar pas, makanya di sini mereka dituntut disiplin. Jadi teater itu tidak hanya sekadar pentas, tapi banyak ilmu di luar akademik yang bisa didapatkan, salah satunya kedisiplinan yang kuat,” katanya.
Hingga tahun 2014, perempuan yang memiliki hobi menulis dan pertunjukan, ini tercatat telah membimbing 10 generasi teater yang diberinama ‘AKBS’ dengan berbagai prestasi yang telah ditorehkan.
Pada tahun 2008, kelompok teater bimbingannya berhasil meraih juara I dalam kegiatan Aksara 2008 dengan naskah berjudul ‘Sepanjang Jalan Indonesia’, Juara I Aksara 2009 dengan naskah berjudul ‘Sajak Sejuta Pohon’, Juara I membaca puisi tingkat provinsi pada 2009 dengan judul ‘Bangau Strom’, serta Juara Umum pada PAT Kabupaten tahun 2013 dengan judul ‘Koper Hitam dan Mata Malaikat’.
Baru-baru ini, AKBS generasi kesepuluh bimbingannya kembali menorehkan prestasi dalam ajang Apsetra (Apresiasi Seni dan Sastra) yang digelar di Kampus Universitas Mulawarman, UKM Yupa, Samarinda pada November lalu dengan meraih Juara III se-Kaltim.
“Ya, kita kemarin sempat pentas di Apsetra. Alhamdulillah AKBS membawa nama Berau menjadi Juara III se-Kaltim patut disyukuri. Kelompok teater kami mendapat penghargaan sebagai Aktor terbaik, penata kostum dan make-up terbaik, nominasi sutradara terbaik dan komunitas terapresiatif,” papar wanita yang menikah sejak 2007 silam ini.
Setiap Minggu, rumah miliknya selalu menjadi pilihan untuk berkumpul bagi anak didik yang telah menganggapnya lebih dari sekadar guru dan pembina teater. Wanita pencinta seni ini pun tidak pernah merasa keberatan akan hal itu. Sebab, baginya anak didik pun bukan sekadar murid, bahkan sudah seperti anak sendiri.
“Saya malah senang kalau mereka berkumpul seperti ini, setiap hari pintu rumah selalu terbuka untuk mereka, karena ini merupakan kegiatan positif, daripada nongkrong tidak jelas di pinggir jalan, lebih baik mereka nongkrong di rumah saya sambil mempelajari naskah untuk pentas berikutnya,” katanya.  
“Bagi kami, ibu ini bukan hanya sekadar guru atau pembina teater, tapi sudah seperti orangtua kami sendiri, karena ibu sangat baik dan banyak memberi motivasi berharga kepada muridnya, bahkan atas kebaikannya, orang seperti ibu Karyani hanya lahir seratus tahun sekali,” ungkap salah seorang murid yang sempat membuatnya menitikkan air mata haru.
Di akhir pembicaraannya, wanita yang telah menerbitkan beberapa buku seperti ‘Bandung dalam Puisi’ pada tahun 2001, dan ‘Puisi Angin Rindu’ pada tahun 2004, ini berharap agar kesenian teater bisa diprogramkan oleh pemerintah melalui pihak terkait kesenian dan kebudayaan di Berau.
“Potensi seni yang dimiliki anak Berau sangat luar biasa, karenanya saya kira pemerintah bisa membuatkan program tersendiri melalui dinas terkait, supaya bakat yang mereka miliki ada tempat penyalurannya,” harapnya.
Tak lupa harapan agar muridnya terus semangat dalam berkarya khususnya di dunia seni. “Yang terpenting, teater AKBS harus tetap meningkatkan dan mempertahankan prestasi yang telah diraih, jangan cepat puas dengan hasil yang ada. Semakin kita berprestasi, maka tantangan itu semakin besar,” katanya mengakhiri komentarnya. (*/mrt/zis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar