Menengok Teater 'AKBS' SMAN 1 Berau
“Seni itu sesuatu yang Mahal. Sepertinya saya memang
terlahir untuk mencintai seni dan menjadi seorang pekerja seni, sebab seni
adalah salah satu yang membuat kehidupan saya lebih indah, lebih berwarna
juga bermakna,” ucap Pembina Teater AKBS SMAN 1 Berau Karyani
Tri Tialani.
Karyani saat foto bersama dengan kelompok teater AKBS SMAN 1 Berau |
MARTA,
Tanjung Redeb
DIALOG
secara
bergantian dari mulut anak-anak didik teater perempuan yang lebih akrab disapa
Karyani ini.
Ditambah alunan musik pengiring dari gitar dan piano sayup terdengar saat
mendekati pekarangan rumahnya, serta tarian gemulai dari beberapa anak Teater
Adji Kanik Berau Sanipah (AKBS) Berau pun turut meramaikan seisi rumah wanita
berhijab itu.
Saat memasuki rumah wanita kelahiran kota Kembang
--sebutan Kota Bandung-- 22 Juni 1977, nampak
di sisi kanan ruang tamu beberapa
tudung khas dayak yang tergantung rapi pada dinding kayu, berdiri juga beberapa
patung kecil dan benda berbau seni lainnya.
Ketika memalingkan mata ke arah kiri, beberapa penghargaan
yang pernah ia raih selama menjadi pekerja seni juga terbingkai rapi. Membuat
mata yang memandang berdecak kagum membaca isi penghargaan tersebut.
Menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan seni,
mengantarkan perempuan berkacamata tersebut menempuh pendidikan yang ia anggap
dapat membawanya ke dunia seni. Lulus dari bangku SMAN 1 Pangalengan Bandung,
ia teruskan di bangku kuliah dengan
mengambil jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas
Islam Nusantara (UIN), Bandung.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, kemudian ia mulai
mengambil pekerjaan sebagai seniman. Pada awalnya, menjadi seorang penari, lalu
merambah sebagai penulis
puisi hingga terjun ke dunia Teater.
“Sambil kuliah saya sambil menjadi pekerja seni, awalnya
saya jadi penari, karena jiwa seni yang saya miliki sangat tinggi, saya kemudian mulai menulis puisi,
naskah drama dan teater serta beberapa buku dan menjadi pembina teater,” ujar
perempuan yang kerap menjadi juri pada perlombaan seni ini.
Pada tahun 2006, sempat menjadi guru kesenian di SMA 14 Bandung,
namun ia terpaksa meninggalkannya
karena
harus mendampingi sang suami yang pindah tugas kerja ke Kabupaten Berau.
“Tahun 2006 saya masih sempat mengajar kesenian di
salah satu SMA di Bandung, lalu ikut suami pindah ke Berau. Alhamdulillah, saya menjadi guru Bahasa Indonesia
di SMAN 1 Berau,” ungkap ibu beranak 2 tersebut.
Selain menjadi guru Bahasa Indonesia ia juga
ditugaskan untuk menjadi pembimbing ekstrakurikuler Teater di sekolah tersebut.
Ia mengaku awalnya cukup
sulit mengajak murid-muridnya untuk tertarik pada seni teater. Karena di mata sebagian orang, teater adalah hal yang sulit.
Namun berbekal dengan pengalaman dan dokumentasi pementasan teater hasil bimbingannya
di Kota Bandung, sedikit
demi sedikit
ia mampu menarik perhatian muridnya.
“Dari pertama saya di Berau, saya bisa melihat bahwa
anak-anak di sini cukup memiliki potensi seni yang luar biasa, tinggal bagaimana
cara mereka mengeluarkan bakat tersebut. Mungkin awalnya mereka menganggap
teater itu hal yang sulit bahkan tidak menarik, tapi saya coba untuk
perkenalkan kepada mereka lewat video pentas anak teater bimbingan saya dulu. Ini loh teater, teater itu seni yang asyik dan
menarik.
Hasilnya,
mulai banyak yang ingin mempelajari teater,” katanya sembari tersenyum.
Namun menjadi pemain teater tidak hanya sekadar
menghafal naskah dan hadir di pentas,
tapi membutuhkan jiwa disiplin yang kuat.
“Posisi mereka di sini harus bisa menjadi orang yang
bijak terhadap waktu, antara belajar akademik dan non akademik harus
benar-benar pas, makanya di sini mereka dituntut disiplin. Jadi teater itu
tidak hanya sekadar pentas, tapi banyak ilmu di luar akademik yang bisa
didapatkan, salah satunya kedisiplinan yang kuat,” katanya.
Hingga tahun 2014, perempuan yang memiliki hobi
menulis dan pertunjukan, ini tercatat telah membimbing 10 generasi teater yang
diberinama ‘AKBS’ dengan
berbagai prestasi yang telah
ditorehkan.
Pada tahun 2008, kelompok teater bimbingannya
berhasil meraih juara I dalam kegiatan Aksara 2008 dengan naskah berjudul
‘Sepanjang Jalan Indonesia’, Juara
I Aksara 2009 dengan naskah berjudul ‘Sajak Sejuta Pohon’, Juara I membaca puisi tingkat
provinsi pada
2009 dengan judul ‘Bangau Strom’, serta Juara Umum pada PAT Kabupaten tahun 2013 dengan judul ‘Koper Hitam dan
Mata Malaikat’.
Baru-baru ini, AKBS generasi kesepuluh bimbingannya
kembali menorehkan prestasi dalam ajang Apsetra (Apresiasi Seni dan Sastra) yang
digelar di Kampus Universitas Mulawarman, UKM Yupa, Samarinda pada November lalu dengan meraih Juara III se-Kaltim.
“Ya, kita kemarin sempat pentas di Apsetra. Alhamdulillah AKBS
membawa nama Berau menjadi Juara
III se-Kaltim
patut disyukuri. Kelompok teater kami mendapat penghargaan sebagai Aktor
terbaik, penata kostum dan make-up
terbaik, nominasi sutradara terbaik dan komunitas terapresiatif,” papar wanita
yang menikah sejak 2007 silam ini.
Setiap Minggu,
rumah miliknya selalu menjadi pilihan untuk berkumpul bagi anak didik yang
telah menganggapnya lebih dari sekadar guru dan pembina teater. Wanita pencinta
seni ini pun tidak pernah merasa keberatan akan hal itu. Sebab, baginya anak
didik pun bukan sekadar
murid, bahkan sudah seperti anak sendiri.
“Saya malah senang kalau mereka berkumpul seperti
ini, setiap hari pintu rumah selalu terbuka untuk mereka, karena ini merupakan kegiatan
positif, daripada nongkrong tidak jelas di pinggir jalan, lebih baik mereka
nongkrong di rumah saya sambil mempelajari naskah untuk pentas berikutnya,”
katanya.
“Bagi kami,
ibu ini bukan hanya sekadar guru atau
pembina
teater, tapi sudah seperti orangtua kami sendiri, karena ibu sangat baik dan
banyak memberi motivasi berharga kepada muridnya, bahkan atas kebaikannya, orang seperti ibu Karyani hanya
lahir seratus tahun sekali,” ungkap salah seorang murid yang sempat membuatnya menitikkan air
mata haru.
Di akhir
pembicaraannya,
wanita yang telah menerbitkan beberapa buku seperti ‘Bandung dalam Puisi’ pada tahun 2001, dan
‘Puisi Angin Rindu’ pada tahun 2004, ini berharap agar kesenian teater bisa
diprogramkan oleh pemerintah melalui pihak terkait kesenian dan kebudayaan di
Berau.
“Potensi seni yang dimiliki anak Berau sangat luar
biasa, karenanya saya kira pemerintah bisa membuatkan program tersendiri
melalui dinas terkait, supaya bakat yang mereka miliki ada tempat
penyalurannya,” harapnya.
Tak lupa harapan agar muridnya terus semangat dalam
berkarya khususnya di dunia seni. “Yang terpenting, teater AKBS harus tetap
meningkatkan dan mempertahankan prestasi yang telah diraih, jangan cepat puas
dengan hasil yang ada. Semakin kita berprestasi, maka tantangan itu semakin
besar,” katanya mengakhiri
komentarnya. (*/mrt/zis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar